Alam dan gurun mendominasi Jazirah Arab. Munculnya
kekeringan lantaran faktor-faktor alam dan peristiwa-peristiwa geologi serta
karena letak geografisnya. Hal ini menjadi sebab kekerdilan jiwa di Jazirah
Arab, baik pada zaman dahulu maupun sekarang. Hal itu juga menjadi sebab tidak
adanya pertumbuhan masyarakat menetap, pemerintahan-pemerintahan yang terpusat
dan besar.
Keadaan tersebut juga menjadi sebab meratanya kehidupan
nomaden dan mendominasi watak penduduknya, serta menjadi sebab menonjolnya
semangat individu pada warga dan terjadinya peperangan antar suku.
Oleh karena itulah kehidupan menetap terbatas pada
tempat-tempat yang mempunyai curah hujan, tempat-tempat yang mengeluarkan air
dari mata air atau dari sumber air, serta tempat-tempat yang memungkinkan
tanahnya dekat dengan kandungan air sehingga memungkinkan untuk menggali
sumur-sumur di sana. Kehidupan di Jazirah Arab ditandai dengan anugerah air.
Kafilah-kafilah dagang selalu menuju tempat-tempat yang ada airnya. Ke
tempat-tempat itu pula orang-orang Arab biasanya berdatangan dari segala
penjuru. Mereka tidak terikat dengan tanah sebagaimana hubungan antara tanaman
dengan tanahnya. Jadi, mereka tidak menetap di suatu tempat kecuali jika mereka
mendapatkan air dan rumput di sana. Jika airnya telah kering, dan rumputnya
sedikit, maka mereka pun pergi meninggalkannya menuju tempat-tempat yang baru.
Oleh karena itu, maka kehidupan mereka bersifat keras, yang
ditampilkan melalui masyarakat mereka dalam sebuah suku. Kabilah adalah
pemerintahan dan negara dalam pandangan kaum nomaden. Kehidupan seperti itu
tidak mengenal istirahat dan menetap. Hanya mengakui logika (bahasa) kekuatan.
Sebuah kehidupan yang menciptakan kesulitan bagi para pelakunya. Juga,
menimbulkan kesulitan bagi mereka yang tinggal berdekatan dengan mereka saat
menetap. Mereka berada dalam persengketaan yang terus menerus di antara mereka.
Kemudian mereka juga berada dalam sengketa dengan penduduk yang menetap.
Akan tetapi di sisi yang lain, orang Arab adalah orang yang
tulus dan patuh pada tradisi-tradisi sukunya. Mereka adalah orang yang mulia;
melaksanakan kewajiban jamuan (terhadap tamu dan sebagainya), persekutuan dalam
peperangan, sebagaimana mereka juga menunaikan kewajiban persahabatan, tulus
melakukannya, sesuai dengan yang digariskan oleh konvensi (adat kebiasaan). Hal
ini telah diceritakan oleh syair-syair mereka, telah dijadikan sebagai hiasan
yang indah dalam sastra mereka, dalam bentuk untaian hikmah dan perumpamaan,
ungkapan keutamaan dan nilai-nilai luhur.
Orang-orang Arab mencintai persamaan, merindukan kebebasan.
Laki-laki Arab adalah seorang yang sabar dan pemberani, jarang bersedih di
masyarakatnya, melindungi, teguh pendirian dalam hidupnya, penuh percaya diri
dengan apa yang telah ditentukan untuknya, sekalipun itu adalah sebuah
kehidupan yang kasar dan sulit. Hal yang menonjol dalam kehidupan nomaden
adalah lemahnya keimanan terhadap agama.
Orang juga Arab jarang mempercayai apapun selain
tradisi-tradisi sukunya, dan apa yang diwarisinya dari nenek moyangnya. Simbol
tertinggi dalam moral terpusat pada apa yang disebut sebagai muru’ah (harga diri), yang dinyanyikan
dalam syair dan sastra mereka.
Semoga bermanfaat.
Sumber : Pendidikan Agama Islam, Karya : Muhammad Luthfi
Ubaidillah dan Fathur Rozak
wah ilmu nya bermanfaat gan
ReplyDeletehttps://www.pusatnyainfo.com
Terima kasih banyak mas
DeleteSudah dikunjungi mas