1. Pemimpin suatu
kaum adalah pengabdi (pelayan) mereka. (HR. Abu Na'im)
2. Tidak akan
sukses suatu kaum yang mengangkat seorang wanita sebagai pemimpin. (HR.
Bukhari)
3. Barangsiapa
menghina penguasa Allah di muka bumi maka Allah akan menghinanya. (HR.
Tirmidzi)
4. Rasulullah Saw
berkata kepada Abdurrahman bin Samurah, "Wahai Abdurrahman bin Samurah,
janganlah engkau menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya jika diberi karena
ambisimu maka kamu akan menanggung seluruh bebannya. Tetapi jika ditugaskan
tanpa ambisimu maka kamu akan ditolong mengatasinya." (HR. Bukhari dan
Muslim)
5. Apabila Allah
menghendaki kebaikan bagi suatu kaum maka dijadikan pemimpin-pemimpin mereka
orang-orang yang bijaksana dan dijadikan ulama-ulama mereka menangani hukum dan
peradilan. Juga Allah jadikan harta-benda di tangan orang-orang yang dermawan.
Namun, jika Allah menghendaki keburukan bagi suatu kaum maka Dia menjadikan
pemimpin-pemimpin mereka orang-orang yang berakhlak rendah. DijadikanNya
orang-orang dungu yang menangani hukum dan peradilan, dan harta berada di tangan
orang-orang kikir. (HR. Ad-Dailami)
6. Kami tidak mengangkat orang yang berambisi berkedudukan. (HR. Muslim)
7. Ada tiga perkara
yang tergolong musibah yang membinasakan, yaitu (i) Seorang penguasa bila kamu
berbuat baik kepadanya, dia tidak mensyukurimu, dan bila kamu berbuat kesalahan
dia tidak mengampuni; (2) Tetangga, bila melihat kebaikanmu dia pendam
(dirahasiakan / diam saja) tapi bila melihat keburukanmu dia sebarluaskan; (3)
Isteri bila berkumpul dia mengganggumu (diantaranya dengan ucapan dan perbuatan
yang menyakiti) dan bila kamu pergi (tidak di tempat) dia akan mengkhianatimu.
(HR. Ath-Thabrani)
8. Allah melaknat penyuap, penerima suap dan yang memberi peluang bagi mereka. (HR. Ahmad)
9. Akan datang
sesudahku penguasa-penguasa yang memerintahmu. Di atas mimbar mereka memberi
petunjuk dan ajaran dengan bijaksana, tetapi bila telah turun mimbar mereka
melakukan tipu daya dan pencurian. Hati mereka lebih busuk dari bangkai. (HR.
Ath-Thabrani)
l0. Jabatan (kedudukan) pada permulaannya penyesalan, pada pertengahannya kesengsaraan (kekesalan hati) dan pada akhirnya azab pada hari kiamat. (HR. Ath-Thabrani)
Keterangan:
Hal tersebut karena
dia menyalah gunakan jabatannya dengan berbuat yang zhalim dan menipu (korupsi
dll).
11. Aku mendengar
Rasulullah Saw memprihatinkan umatnya dalam enam perkara: (1) diangkatnya
anak-anak sebagai pemimpin (penguasa); (2) terlampau banyak petugas keamanan;
(3) main suap dalam urusan hukum; (4) pemutusan silaturahmi dan meremehkan
pembunuhan; (5) generasi baru yang menjadikan Al Qur'an sebagai nyanyian; (6)
Mereka mendahulukan atau mengutamakan seorang yang bukan paling mengerti fiqih
dan bukan pula yang paling besar berjasa tapi hanya orang yang berseni sastra
lah. (HR. Ahmad)
12. Barangsiapa diserahi kekuasaan urusan manusia lalu menghindar (mengelak) melayani kaum lemah dan orang yang membutuhkannya maka Allah tidak akan mengindahkannya pada hari kiamat. (HR. Ahmad)
13. Khianat paling besar adalah bila seorang penguasa memperdagangkan rakyatnya. (HR. Ath-Thabrani)
14. Menyuap dalam
urusan hukum adalah kufur. (HR. Ath-Thabrani dan Ar-Rabii')
15. Barangsiapa
tidak menyukai sesuatu dari tindakan penguasa maka hendaklah bersabar.
Sesungguhnya orang yang meninggalkan (membelot) jamaah walaupun hanya sejengkal
maka wafatnya tergolong jahiliyah. (HR. Bukhari dan Muslim)
16. Jangan
bersilang sengketa. Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu bersilang sengketa
(cekcok, bermusuh-musuhan) lalu mereka binasa. (HR. Ahmad)
17. Ka'ab bin
'Iyadh Ra bertanya, "Ya Rasulullah, apabila seorang mencintai kaumnya, apakah
itu tergolong fanatisme?" Nabi Saw menjawab, "Tidak, fanatisme (Ashabiyah) ialah
bila seorang mendukung (membantu) kaumnya atas suatu kezaliman." (HR.
Ahmad)
18. Kaum muslimin
kompak bersatu menghadapi yang lain. (HR. Asysyihaab)
19. Kekuatan Allah
beserta jama'ah (seluruh umat). Barangsiapa membelot maka dia membelot ke
neraka. (HR. Tirmidzi)
20. Semua kamu
adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam (amir)
pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami pemimpin dalam
keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang isteri pemimpin
dan bertanggung jawab atas penggunaan harta suaminya. Seorang pelayan (karyawan)
bertanggung jawab atas harta majikannya. Seorang anak bertanggung jawab atas
penggunaan harta ayahnya. (HR. Bukhari dan Muslim)
21. Barangsiapa membaiat seorang imam (pemimpin) dan telah memberinya buah hatinya dan jabatan tangannya maka hendaklah dia taat sepenuhnya sedapat mungkin. (HR. Muslim)
22. Akan terlepas
(kelak) ikatan (kekuatan) Islam, ikatan demi ikatan. Setiap kali terlepas satu
ikatan maka orang-orang akan berpegangan kepada yang lainnya. Yang pertama kali
terlepas ialah hukum dan yang terakhir adalah shalat. (HR. Ahmad dan Al
Hakim)
23. Hendaklah kamu
mendengar, patuh dan taat (kepada pemimpinmu), dalam masa kesenangan (kemudahan
dan kelapangan), dalam kesulitan dan kesempitan, dalam kegiatanmu dan di saat
mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan sekalipun keadaan itu merugikan
kepentinganmu. (HR. Muslim dan An-Nasaa'i)
24. Sesungguhnya umatku tidak akan bersatu dalam kesesatan. Karena itu jika terjadi perselisihan maka ikutilah suara terbanyak. (HR. Anas bin Malik)
25. Dua orang lebih baik dari seorang dan tiga orang lebih baik dari dua orang, dan empat orang lebih baik dari tiga orang. Tetaplah kamu dalam jamaah. Sesungguhnya Allah Azza wajalla tidak akan mempersatukan umatku kecuali dalam petunjuk (hidayah) (HR. Abu Dawud)
0 komentar:
Post a Comment